Bahlil Pamer Ekspor Nikel Naik 10 Kali Lipat karena Hilirisasi

Bloomberg Technoz, Jakarta - Harga batu bara turun pada perdagangan kemarin. Tren negatif masih belum mau lepas dari si batu hitam.
Pada Selasa (11/2/2025), harga batu bara di pasar ICE Newcastle untuk kontrak pengiriman bulan ini ditutup di US$ 104,75/ton. Melemah 0,85% dari hari sebelumnya dan menjadi yang terendah sejak Mei 2021 atau hampir 4 tahun terakhir.
Selama sepekan terakhir, harga batu bara anjlok 9,43% secara point-to-point. Dalam sebulan ke belakang, harga jatuh 8,52%.
Batu bara juga belum bisa bangkit tahun ini. Sejak awal 2025, harga ambruk 16,37%.
Isu kelebihan pasokan masih membebani batu bara. Tahun ini, produksi batu bara China diperkirakan mencapai 4,82 miliar ton. Naik 1,5% dibandingkan 2024.
Di Indonesia, pasokan pun membengkak. Tahun lalu, produksi batu bara Tanah Air mencapai 836 juta ton, Angka ini 18% di atas target dan menjadi rekor tertinggi sepanjang masa.
Analisis Teknikal
Lantas bagaimana prediksi harga batu bara untuk hari ini? Apakah bisa bangkit atau malah makin terjepit?
Secara teknikal dengan perspektif harian (daily time frame), batu bara terjebak di zona bearish. Terbukti dengan Relative Strength Index (RSI) yang sebesar 18,02.
RSI di bawah 50 menunjukkan suatu aset sedang dalam posisi bearish. Bahkan kalau di bawah 30, maka artinya sudah jenuh jual (oversold).
Sinyal oversold makin terang-benderang dengan indikator Stochastic RSI yang sudah menyentuh angka 0. Sudah paling kecil, sangat jenuh jual.
Dengan demikian, sebenarnya harga batu bara punya bekal untuk mencetak technical rebound. Pivot point ada di US$ 109/ton. Jika tertembus, maka target resisten ada di rentang US$ 111-113/ton.
Adapun target support terdekat adalah US$ 95/ton. Penembusan di titik ini berisiko menyebabkan harga batu bara turun ke arah US$ 92/ton.
(aji)